SISTEM
IMUN DIBAWAH KONTROL GENETIK
1.
PENDAHULUAN
Suatu substansi asing yang disebut
antigen, misalnya protein, asam nukleat, polisakarida, lipida dari bakteri, virus bila memasuki
aliran darah dari mamalia akan memicu mekanisme pertahanan yaitu respon imun
yang mengakibatkan sintesis kelompok protein yang sangat penting yaitu antibodi.
Antibodi-antibodi tersebut mengikat antigen-antigen dengan spesifikasi khusus
dan membuang antigen dari sistem sirkulasi. Pada dekade terakhir, para ilmuwan
telah menemukan sekuen-sekuen DNA yang mengkode susunan antibodi yang
dihasilkan oleh sistem imun mamalia yang terakit selama diferensiasi sel-sel
penghasil antibodi dengan adanya suatu set penyusunan kembali genom (genome rearrangement).
2.
KOMPONEN SISTEM IMUN
Terdapat
tiga tipe sel darah putih yang berperan dalam respon imun vertebrata yaitu :
a.
Limfosit B, disebut sel B karena diproduksi oleh
bone marrow (sumsum tulang)
b.
Limfosit T, disebut sel T yang diproduksi dalam
kelenjar timus
c.
Makrofag
Antibodi-antibodi
disintesis oleh limfosit B dam antibody ini bisa disekresi atau tetap terikat
membran pada permukaan sel B, tergantung
kondisinya, selama respon imun humoral/cair, antibodi mengikat antigen bebas
dalam sistem sirkulasi dan mengaglutinasinya. Hasilnya adalah kompleks antibodi-antigen
yang kemudian didigesti atau didegradasi oleh makrofag. Limfosit T menjadi
perantara dalam respon imun sel. Sel T mensintesis reseptor-reseptor yang
mengenali antigen-antigen pada permukaan sel dan memicu lisisnya sel-sel yang
mengandung antigen melalui aktivasi sel-sel T. Limfosit T yang berbeda akan menunjukkan cara
kerja yang berbeda pula. Secara umum serangan sel T yang membawa antigen
membutuhkan reseptor yang spesifik dan satu atau lebih histocompatibility.
Gambar
1. Skema utama komponen respon imun vertebrata
Keterangan gambar 1
suatu
substansi asing seperti protein pembungkus virus yang bertindak sebagai antigen
memicu sintesis seumlah besar antibodi yang bereaksi spesifik tehadap antigen dan
membuangnya dari sistem sirkulasi. Terdapat dua respon imun yang terjadi: 1)
Limfosit B mensintesis dan mensekresikan antibody yang akan mengikat antigen-antigen
bebas dalam aliran darah, kompleks tersebut kemdian di inesti dan dihamcurkan
oleh makrofag. 2) limfosit T mensintesis reseptor antigen yang tatap terikat
membran pada permukaan sel-sel T. Reseptor antigen bekerja bersama dengan reseptor
antigen istocompatibility untuk mengenali dan menghancurkan sel-sel yang
membawa antigen. Dengan demikian antigen sel-sel B melakukan respon imun humoral
dan sel-sl T melakukan respon imun selular.
3.
BERBAGAI KAJIAN ANTIBODI
Sistem
imun bila ditinjau dari aspek genetika memiliki banyak keanekaragaman yang
besar dari antibody yang dapat disintesis dalam merespon antigen yang
sebelumnya belum diketahui pada hewan. Tidak diketahui secara pasti berapa
antibodi yang dihasilkan pada tikus ataupun manusia, secara jelas diketahui bahwa antibody yang dihasilkan
sangat banyak. Genome pada manusia(
misalnya pada manusia, satu dari masing-masing 23 pasang kromosom manusia)
mengandung 3 x 109 pasangan nukleotida. Jika semua DNA berada dalam
bentuk gen-gen dengan “uninterupted
coding sequences” yang masing-masing panjangnya 1000 nukleotida., genom
tersebut akan mengandung 3 juta gen. telah diketahui bahwa kebanyakan dari
gen-gen mengkode beraneka ragam molekul RNA, enzim dan protein struktural.
Gen-gen tersebut juga mengandung banyak”long
noncoding intron”.
4.
BABERAPA HIPOTESIS: DASAR GENETIKA
KEANEKARAGAMAN ANTIBODI
Ada
tiga hipotesis yang menjadi dasar keanekaragaman antibody, diantaranya:
a)
Hipotesis germ line
Menyatakan
bahwa terdapat gen germ line yang terpisah untuk setiap antibody
b)
Hipotesis somatic mutation
Menyatakan
bahwa terdapat satu atau beberapa gen germ line spesifik untuk setiap kelas
antibody dan keanekaragamannya disebabkan oleh tingginya frekuensi mutasi
somatik, yaitu mutasi pada sel-sel somatic penghasil antibodi atau dalam garis
yang mengarah pada sel-sel penghasil antibodi.
c)
Hipotesis minigene
Menyatakan
bahwa keanekaragaman disebabkan oleh shuffling (dikocok) segmen-segmen kecil
beberapa gen menjadi sejumlah besar kemungkinan kombinasi, shuffling terjadi
karena proses rekombinasi dalam sel-sel somatik.
Diketahui
bahwa hipotesis minigene menjelaskan keanekaragaman yang dapat diamati,
demikian pula keanekaragaman somatik juga memiliki kontribusi keanekaragaman.
Dari rantai antibody terspesifikasi oleh suatu gen yang ada pada genom dengan
sedikit kopian. Demikian ketiga hipotesis dapat diterima dan benar dalam hal
tertentu.
5.
STRUKTUR ANTIBODI
Gambar 2: Struktur antibody

Setiap antibody meruakan tetramer
yang tersusun atas empat rantai polipeptida 2 rantai beratyang identik dan 2
rantai ringan yang. Setiap rantai terdiri atas variable region dan constant
region. Setiap antibody memiliki dua antigen binding site yang tersusun atas variable
region rantai berat dan ringan. Rantai berat dan ringan dihubungkan dengan
ikatan disulfida
Antibodi
termasuk kelas protein yang disebut immunoglobulin. Setiap antibody adalah
tetramer yang tersusun atas 4 polipeptida, 2 rantai ringan yang identik dan 2
rantai berat yang identik tergabung oleh ikatan disulfida.rantai ringan
panjangnya kurang lebih 220 asam amino dan rantai berat kurang lebih 440-450
asam amino variable region, diman sekuen asam amino bervariasi diantara
antibody spesifik untuk antigen-antigen yang berbeda dan suatu ujung karboksil
constant region dimana sekuen asam aminonya sama untuk semua antibody dari
kelas immunoglobulin(Ig) tertentu, tergantung spesifikasi antigen-binding.
Variable region pada semua rantai antibodi panjangnya kurang lebih 110 asam
amino. Daerah khusu yang mambawa fungsi khusus disebut domain. Setiap antibody
memiliki 2 antigen-binding site atau domain, masing- masing dibentuk oleh
daerah yang bervariasi (variable region)dari satu rantai ringan dan rantai
berat. Daerah konstan(constant region) dari dua rantai berat berinteraksi
membentuk domain ketiga yang disebut Effector
function domain, yang dapat merespon
interaksi yang sesuai dari antibodi dan dengan komponen lain sistem imun.
Terdapat
lima kelas antibody yaitu IgM, IgD, IgG, IgE, IgA. pengelompokan dan fungsi
dari antibody tersebut ditentukan oleh struktur rantai berat daerah konstan (heavy chain constant region) yaitu
struktur dari effector function
domainnya. Sebagai contoh pada
antibody IgD biasanya tetap terikat pada permukaan sel tempat mereka disintesis,
sedangkan antibody IgG biasanya disekesikan dan disirkulasikan ke seluruh
tubuh. Rantai ringan memiliki dua tipe yaitu kappa dan lambda. Struktur ini
ditetukan oleh struktur rantai ringan daerah konstan (light chain constant region). Antibodi memiliki spesifikasi
antigen-binding yang sama yang di tentukan oleh variable region pada keempat
rantai tetapi fungsi imunologisnya
berbeda, fungsi tersebut ditentukan oleh constant region pada dua rantai berat.
Antibodi
memiliki keanekaragaman pada bagian terbesar dari variable region suatu
molekul. Jika olipeptida disintesis dari sekuen gen “collinear nucleotide
pair”, satu gen dari setiap rantai polipeptida
genome akan mengandung susunan gen yang sangat besar dengan sekuen yang
bervariasi pada satu ujung dan sekun yang identik di ujung lain.
6.
KENEKARAGAMAN ANTIBODI: PENYUSUNAN KEMBALI
GENOME (GENOME REARRANGEMENT) SELAMA DIFERENSIASI LIMFOSIT B
Informasi
genetik pengkode rantai antibodi tersimpan pada potongan dan perangkat (bits and pieces) potongan rantai
terpasang pada sekuen yang sesuai genome rearrangement selama perkembangan sel
penghasil antibody (Limfosit B). Masing-masing limfosit B hanya memproduksi
antibodi tipe tunggal. Semua antibody yang dihasilkan oleh limfosit B tertentu
memiliki spesifikasi antigen-binding yang sama. Rantai antibody disintesis
menggunakan informasi yang tersimpan dalam berbagai gen dari segmen-segmen gen
yang berbeda.
Kappa light chain (Rantai Ringan
Kappa)
Sintesis rantai ringan kappa dikontrol oleh
tiga segmen yang berbeda yaitu.
a.
Segmen gen Vk
Pengkode ujung N asam amino 95 pada daerah
yag bervariasi (variable region)
b.
Segmen gen Jk (joining segment)
Pengkode´”constant region-proximal” asam amino pada variable region
c.
Segmen gen CK
Pengkode ujung C daerah konstan. Segmen
keempat adalah segmen LK
berfungsi mengkode ujung N hydrofobi
leader sequences asam amino yang panjangnya 17-20 , yang penting untuk
transport rantai antibodi melalui membrane sel. “leader sequences” akan terputus dari rantai saat melewati membran
sehingga bukan bagian dari antibodi keseluruhan.
Pada tikus dan manusia semua segmen gen
rantai kappa berlokasi pada kromosom yang sama, yaitu kromosom 2 pada manusia.
Begitu juga pada segmen gen lambda ( Pada kromosom ke-22 pada manusia), dan
segmen gen rantai berat (pada kromosom ke-14 pada manusia). Terdapat sejumlah
besar segmen gen VK kurang lebih 300 ang masing-masing berdekatan
dengan segmen gen LK, disisi lain terdapat satu segmen gen CK, lima
segmen gen JK (satu diantaranya nonfungsional pada tikus) berlokasi
diantara segmen gen VK dan segmen gen CK
Dalam sel-sel germ line lima segmen JK
terpisah dengan segmen VK dengan sekuen non koding yang
panjang dan dari segmen CK dengan sekuen non koding yang memiliki
panjang sekitar 2000 pasang nukleotida. Selama perkembangan limfosit B, gen
rantai ringan kappa khusus yang akan di ekspresikan dalam sel tersebut akan
dirkit dari satu segmen LK-VK satu segmen JK,
dan segmen tunggal CK melalui proses rekombinasi somatik. Proses
tersebut menggabungkan salah satu dari sekitar 300 LK-VK dengan
salah satu dari lima segmen JK dengan delesi dari semua DNA
intervening. Hal ini menghasilkan befungsinya segmen gen VKJK pengkode
keseluruhan variable region dari rantai kappa. Sekuen non koding diantara
kelompok segmen gen Jk, segmen gen CK, dan segmen CK-proximal
JK. Jika ada ttap berada diantara segmen VKJK dan
segmen CK pada limfosit yang
terdiferensiasi. Keseluruhan segmen DNA ini (LK- VKJK-noncoding-
CK) ditranskripsikan dan sekuen noncoding dibuan selama pemrosesan
RNA seperti sekuen noncoding atau intron dari gen eukariotik yang lain.
Lambda Light Chain (Rantai Ringan
Lambda)
Rantai ringan lambda juga terkait dari
segmen-segmen yang terpisah selama perkembangan limfosit B. Perbedaan utama
adalah bahwa setiap segmen Jλ berada besama segmen Cλ, Genome rearrangement yang diperlukan
untuk sintesis rantai lambda terjadi penggabungan segmen Lλ- Cλ.
Pada segmen Jλ- Cλ.
Pada tikus hanya memiliki empat
segmen Jλ- Cλ, sedangkan manusia memiliki eman segmen.
Heavy Chains (Rantai Berat)
Pada
sel-sel germ line tikus terdpata
sekitar 300 segmen gen LH-VH yang menyerupai segmen gen
10-500D, segmen gen 4 JH, dan semen gen 8 CH. Selama
perkembangan limfosit B dari stem cell terjadi penggabungan rekombinasi somatic
yang menggabungkan sau segmen gen LH-VH dengan satu
segmen D dan satu segmen gen JH, delesi dua sekuen intervening DNA membentuksekuen
DNA kkontinyu (VHDJH) yang mengkode keseluruhan rantai
berat.
7.
CLASS SWITHING
Pada
saat sintesis antibody dimulai dalam perkembangan limfosit B semua segmen gen
CH tetap ada terpisah dari segmen gen yang baru terbentuk yaitu gen LH-VHDJH
dari sekuen noncoding yag memendek. Pada tahap ini semua antibody yang
disintesis memiliki rantai berat IgM, bila suatu antigen dikenali dan diikat
antibody pada permukaan limfosit B yang
sednag berkembang, sel tersebut menstimulasi diferensiasi menjadi limfosit B
dewasa. Selama diferensiasi beberapa sel limfosit B akan di swith dari penghasil antibody kelas IgM
menjadi beberapa penghasil antibody kelas lain. Fenomena ini disebut class swithing yang melibatkan genome rearrangement selam segmen CH
yang terdekat pada gabungan segmen gen LH-VHDJH
mengalami delesi. Kelas antibody yang dihasilkan setelah class switching ditentukan oleh gen yang menjadi terdekat dengan
segmen gen LH-VHDJH.