Rabu, 23 Mei 2012

MUTU LAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS



MUTU LAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Jaminan mutu dalam keperawatan komunitas merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat penting serta mendasar dalam memberikan layanan keperawatan kepada klien.
Seorang perawat komunitas yang profesional harus senatiasa berupaya memberikan pelayanan keperawatan dengan mutu yang terbaik kepada semua klien tanpa terkecuali. Pendekatan jaminan mutu layanan keperawatan merupakan salah satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang mengelolah atau merencanakan layanan keperawatan.
Pendekatan tersebut juga merupakan bagian keterampilan yang mendasar bagi setiap pemberi pelayanan kesehatan yang secara langsung melayani kien.
Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan keperawatan yang senantiasa berupaya memenuhi harapan kien sehingga klien selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan perawat. Pendekatan jaminan mutu layanan keperawatan mengutamakan keluaran layanan keperawatan atau apa yang dihasilkan dan di akibatkan oleh layanan keperwatan.
Hasil layanan keperawatan yang bermutu hanya mungkin dihasilkan oleh pekerjaan yang benar, dengan demikian klien akan berada dalam lingkungan organisasi layanan keperwatan yang baik karena segala kebutuhan dan penyakit klien tersebut sangat diperhatikan dan kemudian dilayani dengan layanan keperwatan dengan mutu yang terbaik.
Tidak mengherankan bahwa organisasi layanan keperawatan yang selalu memperhatikan mutu selalu akan dengan mudah mendapatkan akreditas serta memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan organisasi lain sejenisnya.





B.     TUJUAN

1.      Tujuan umum:
ü  menjelaskan konsep jaminan mutu dalam keperawatan kesehatan komunitas
ü  menjelaskan dimensi mutu layanan kesehatan
ü  menjelaskan langkah langkah standar pelayanan kesehatan
ü  menjelaskan program jaminan mutu
ü  menjelaskan evaluasi dan penilaian mutu pelayanan keperawatan komunitas
2.      Tujuan khusus:
ü  memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas
ü  memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan sebagai bahan pembelajaran dimasa yang akan datang


BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP DASAR
           
Mutu sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuanya dalam memuasakan kebutuhan konsumen,baik berupa kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat (Imbalo S.Pohan .2006).Mutu tidak lepas dari kata kualitas atau mutu itu sendiri.
       Kualitas mengandung banyak definisi dan makna di antaranya seperti;
ü  Mutu adalah kualitas
ü  Bebas dari kerusakan atau cacat
ü  Kesesuaian; pengguna,persyaratan atau tuntunan
ü  Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal
ü  Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap awal
ü  Kepuasan pelanggan; dalam arti klien itu sendiri maupun keluarganya.

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pelanggan, serta diberikan sesuai standart dan etika profesi.
Layanan kesehatan yang bermutu sering dipersepsikan sebagai suatu layanan kesehatan yang di butuhkan, dalam hal ini akan di tentukan oleh profesi layanan keshatan dan sekaligus di inginkan oleh klien(individu) ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Layanan kesehatan sebagaimana juga mutu barang dan jasa bersifat multidimensi.
Dimensi mutu layanan kesehatan menurut L.D.Brown dkk(1992) adalah sbb;
v  Dimensi kompetensi teknis.
Menyangkut ketrampilan,kemampuan,dan penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan.
v  Dimensi keterjangkauan atau akses terhadap layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh masyarakat,tidak terhalang oleh keadaan geografis,sosial.ekonomi dan bahasa.
v  Dimensi efektivitas layanan kesehatan
Mempunyai arti bahwa perawat harus mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada mencegah terjadinya penyakit,serta berkembangnya penyakit yang ada.
v  Dimensi efisiensi layanan kesehatan
Layanan kesehatan yang efisiensi dapat melayani lebih banyak klien atau masyarakat.
v  Dimensi kesinambungan layanan kesehatan
Mepunyai arti bahwa klien harus dapt dilayani sesuai kebutuhan,termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengurangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak perlu.
v  Dimensi keamanan
Layanan kesehatan itu harus aman dari resiko cidera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang muncul baik bagi klien, pemberi layanan, maupaun masyarakat sekitarnya.
v  Dimensi kenyamanan
Menyangkut kepuasan klien sehingga mendororng klien untuk datang berobat kembalike tempat tersebut.
v  Dimensi informasi
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan,  dimana,dan bagaimana layanan kesehatan itu akan dilaksanakan.
v  Dimensi ketepatan waktu
Agar berhasil layanan kesehatan harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat,oleh pemberi pelayanan yang tepat,menggunakan peralatan yang tepat,sreta dengan biaya yang efisien (tepat).
v  Dimensi hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia yang baik akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi perhatian.




B.     PENTINGNYA JAMINAN MUTU  LAYANAN KESEHATAN DALAM ORGANISASI LAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.      Penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menjamin bahwa organisasi layanan kesehatan akan selalu menghasilkan layanan kesehatan yang bermutu,artinya layanan kesehatan yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan klien serta mampu di bayar olehnya.
2.      penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menjadikan organisasi kesehatan semakin efisien karena semua orang yang bekerja dalam organisasi itu akan selalu bekerja lebih baik dalam suatu sistem yang terus  menerus diperbaiki.
3.      penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan membuat organisasi layanan kesehatan menjadi terhormat,terkenal dan selalu dicari oleh siapa yang membutuhkan layanan kesehatan yang bermutu serta menjadi tempat kerja idaman bagi profesi layanan yang kompeten yang berperilaku terhormat.
4.      penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan terutama akan memperhatikan outcomes layanan kesehatan benar benar bermanfaat bagi klien.
5.      penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan akan menumbuhkan kepuasan kerja,komitmen,dan  peningkatan moral profesi layanan kesehatan serta akhirnya akan menimbulkan kepuasan klien.

Melakukan pelayanan bermutu sesuatu yang menimbulkan kepuasan pribadi,dengan menerapkan jaminan mutu jaminan kesehatan,perawat diharapkan bekerja semakin cermat dan selalu menggunakan nalar. Bekerja dengan lebih cermat bukan berarti harus bekerja keras., sebaliknya bekerja dengan memperhatikan mutu artinya bekerja lebih arif dangan sistem yang baik sehingga hasilnya akan lebih baik,  tetapi dengan upya dan pemborosan yang semakin kurang.
Mutu layanan kesehatan yang di terima oleh klien sebagai konsumen akan di tentukan oleh mutu layanan kesehatan yang di berikan oleh berbagai profesi layanan kesehatan yang terdapat di dalam organisasi layanan kesehatan tersebut. Mutu layanan kesehatan juga di tentukan pula oleh mutu manajemen organisasi layanan itu,  dengan demikian akan terdapat hubungan timbal balik antara profesi layanan kesehatan dengan klien. Tingkat mutu layanan kesehatan akan ditentukan akan bedasarkan tingkat keseimbangan yang terjadi antara ketiga unsur tersebut.

C.     PERUBAHAN PARADIGMA PELAYANAN KEPERAWTAN KOMUNITAS.

Manajemen Kesehatan adalah Rangkaian/proses kegiatan yang bekerja secara  sistematik untuk menghasilkan luaran kesehatan yang efektif dan efisien.
Manajen mutu terpadu merupakan paradigma baru dalam manajemen yang berusaha memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas mutu barang,jasa,manusia,dan linkungan organisasi.
Manajemen mutu terpadu hanya dapat dicapai dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut (Tjiptono, 1997);
·         Berfokus pada pelanggan.
Yang menentukan mutu barang dan jasa adalah pelanggan eksternal. Pelanggan internal berperan dalam menentukan mutu manusia,proses,dan lingkungan yang berhubungan dengan baranga atau jasa.
·         Obsesi terhadap mutu.
Penentu akhir mutu adalah pelanggan internal dan eksternal. dengan mutu yang ditentukan tersebut,organisasi harus berusaha memenuhi atau melebihi yang ditentukan
·         Pendekatan ilmiah.
Terutama merancang pekerjaan dan proses pembuatan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang di rancang tersebut.
·         Komitmen jangka panjang.
Agar penerapan manajemen mutu terpadu dapat berhasil,dibutuhkan budaya organisasi yang baru.
·         Kerjasama tim.
Untuk  menerapkan mutu terpadu,kerja sama tim,kemitraan dan hubungan terus menerus dijalani dan dibina baik antar aparatrur dalam organisasi maupun dengan pihak luar(masyarakat).
·         Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
Seitap barang dan jasa dihasilkan melalui proses - proses didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu yang dihasilkan lebih meningkat.
·         Pendidikan dan pelatihan.
Dalam organisasi yg menerapkan manejemen mutu terpadu,pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar. Disini berlaku prinsip belajar yang merupakan proses tiada akhir dan tidak mengenal batas usia.

D.    PRINSIP DAN BENTUK JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN.

      Prinsip Jaminan Mutu yaitu;
ü  Bekerja dalam tim
ü  Fokus pada perubahan proses
ü  Orientasi kinerja pada pelanggan
ü  Pengambilan keputusan berdasarkan data
ü  Adanya komitmen pimpinan dan keterlibatan bawahan dalam perbaikan   proses pelayanan.
     Bentuk Jaminan Mutu yaitu;
ü  Prospektif: dilaksanakan sebelum yankes dilakukan: standarisasi, perizinan, sertifikasi, akreditasi
ü  Konkuren: dilaksanakan bersamaan dengan yankes dilakukan: penilaian teman sejawat terhadap kepatuhan protap
ü  Retrospektif: dilakukan setelah yankes diselenggarakan: telaah rekam medik, survei pelanggan.

E.     STANDAR MUTU LAYANAN KESEHATAN.

Standar layanan kesehatan adalah suatu prnyataan tentang mutu yang diharapkan yaitu akan menyangkut masukan(inptu), proses dan keluaran(output) sistem layanan kesehatan.
Imput(masukan) terdiri atas mutu petugas,bahan,alat,dan sebagainya,biasanya dikaitkan dengan penggunaan dan penguasaan ilmu dan teknologi. Proses mencakup mutu kerja dan mutu pelayanan, biasanya memakai standar etika kepuasan rata-rata komunitas. Sedangkan keluaran(otuput) biasanya dikaitkan dengan kinerja pemberi pelayanan kesehatan.
Pengolahan mutu harus selalu menghasilkan standardisasi. Standardisasi bertujuan untuk mempertahankan hasil dan mencegah mutu pelayanan institusi kesehatan termasuk kesehatan termasuk puskesmas. Pada setiap proses pelayanan keperawatan komunitas hampir selalu terjadi variasi. Seorang perawat komunitas, pada setiap kasus yang ditemukan dilapangan  akan menerapkan cara yang berbeda untuk memecahkannya, demikian juga di puskesmas ia akan menunjukan karakteristik layanan yang khas pada setiap individu. Seorang perawat puskesmas selalu berupaya menghasilkan kinerja yang sempurna, tetapi layanan keperawatan persis sama tidak mungkin diberikan pada setiap layanan keperawatan.
Perbedaan atau variasi merupakan hal yang wajar dan selalu akan terjadi pada setiap proses layanan keperawatan. Meskipun demikian,melalui teknik pendekatan mutu yang berkesinambungan perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan mampu mengendalikan variasi yang terjadi dalam sistem layanan keperawatan. Tujuannya adalah agar variasi tersebut selalu berada dalam batas-batas kendali. Banyak sumber variasi layanan medis yang tidak mungkin distandardisasikan sama sekali. Rencana perwatan dan askep lain dari layanan kesehatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiapklien atau di sebut tailor made.
Standar layanan kesehatan dapat membantu mengurangi variasi variasi tesebut dengan cara menetapkan input,proses dan autcome pada sistem layanan kesehatan. Contohnya,perawatan kaki klien dengan Diabetes melitus di komunitas standar input  akan memastikan bahwa perawat komunitas akan menggunakan peralatan yang di gunakan peralatan yang diperlukan dan sesuai untuk melakukan prosedur rawat luka. Standar proses seperti protokol atau petunjuk pelaksanan,membantu melaksanan bahwa perawat komunitas akan menggunakan teknik dan teknologi terbaru. Standar autcome menjelaskan tentang apa  yang di harapkan organisasi layanan keperawatan dari hasil prosedur perawatan kaki pada klien Diabebetes melitus yang telah dilakukan sesuai proses.
Langkah-Langkah penyusunan layanan kesehatan ;
1.      Pilih salah satu fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan kesehatan.
Jika suatu organisasi layanan kesehatan ingin menyusun standar layanan kesehatan,maka organisasi itu perlu mengenali sistem atau subsistem yang membutuhkan standar layanan kesehatan.pilihlah satu atau dua sistem yang merupakan prioritas tinggi
2.      Bentuk tim atau kelompok pakar
Keputusan penting tentang fungsi atau sistem yang memerlukan standar layanan kesehatan biasanya dilakukan oleh para kepala satuan kerja dan kepala bagian.Kemudian organisai akan menugasakan suatu kelompok kerja multidisiplin atau kelompok pakar yang banyak mengetahui tentang fungsi atau sistem tersebut untuk penyususnan standar layanan kesehatan.
3.      Tentukan input,proses dan autcome
Kelompok pakar harus dapat menentukan unsur-unsur input,proses dan autcome dari setiap komponen fungsi atau sistem.input diperlukan agar dapat melakukan proses yang diperlukan sedangkan proses perlu menghasilkan autcome yang diingginkan.
4.      Tentukan karakteristik mutu
Merupakan sifat atau atribut untuk membedakan input ,proses dan autcome yang penting dalam menentukan mutu layanan kesehatan yang akan diterapkan oleh kelompok atau organisasi layanan kesehatan.
5.      Tentukan atau sesuaikan standar layanan kesehatan
Hal –hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan langkah ini adalah pemilihan pola atau bentuk  penulisan standar,pengumpulan informasi dan pembuatan naskah standar layanan kesehatan.
6.      Nilai ketepatan standar layanan kesehatan
Penilaian dalam langkah ini meliputi penilaian keabsahan atau validitas standar layanan kesehatan,penilaian reliabilitas atau keandalan standar layanan kesehatan dan penilaian kejelasan standar kesehatan.

F.      PROGRAM JAMINAN MUTU KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tiga pengertian dasar yang di pakai untuk memahami konsep tentang jaminan mutu adalah sbb ;(A.A.G Muuninjaya, 2004)
1.      Batasan manajemem mutu
Program jaminan mutu merupakan suatu upaya yang di laksanakan secara berkesinambungan,sistematis,objektif dan terpadu untuk;
v  Menetapkan masalah muu dan penyebabnya berdasarkan standar yang telah ditetapkan
v  Mentapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia
v  Menilai hasil yang di capai
v  Menyusun rencana tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa jaminan mutu merupakan sebuah proses yang dilakukan secara bertahap tatapi berkelanjutan, mulai dari idenifikasi  masalah mutu mencari dan menerapkan solusi serta menilai hasilnya dalam bentuk peningkatan mutu dan penurunan biaya produksi.
Beberapa istilah tentang program jaminan mutu yang sudah di perkenalkan oleh banyak pakar adalah sbb;
v  Program pengawasan mutu
v  Program peningkatan mutu
v  Manajemen mutu terpadu
v  Peningkatan mutu berkesinambungan
2.      Tujuan program jaminan mutu
Jika sebuah organisasi kesehatan ingin menerapkan manejemen mutu, maka harus dirumuskan tujuannya terlebih dahulu. Tujuan tersebut adalah tujuan antara dan tujuan akhir.
Tujuan antara adalah tujuan pengembangan mutu, pimpinan mutu staf organisasi tersebut harus merumuskan masala mutu pelayanan. .masalah mutu dijadikan dasar untuk menerapkan tujuan peningkatan mutu yang ingin dicapai. Sedangkan tujtuan akhir ditetapkan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan adalah meningkatnya mutu produksi dan jasa pelayanan kesehatan. Tujuan ini terkait dengan kepuasan konsumen, termasuk turunya biaya,produksi dan jasa. 
3.      Tahapan kegiatan program jaminan mutu
Operasional jaminan mutu layanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senatiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan dilaksanakan melala tahap-tahap sbb ;
v  Sadar mutu
v  Menyusun standar
v  Mengukur apa yang terjadi
v  Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan
v  Melakukan peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan
       Sasaran yang ingin di capai dalam upaya peningkatan mutu adalah sbb;
v  Menurunkan angka kematian
v  Menurunkan angka kecacatan
v  Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama wilayah kerjanya
v  Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.

G.    EVALUASI DAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEPRERAWATAN KOMUNITAS

Mutu lyanan kesehatan dapat di ukur melalui  tiga cara yaitu;
1)      Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Pengukurannya akan ditunjukan terhadap struktur atau imput layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus dimiliki sumber daya tertentu agar dapat menghasilkan suatu layanan yang bermutu seperti berikut;
v  Pendidikan profesi kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu.
v  Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat izin kerja (SIK) dan surat izin praktek (SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (Ners). Dengan demikian denagn profesi kesehatan lain harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya.
v  Standardisasi
Dengan menetapkan standarisasi,seperti dtandarisasi peralatan, tenaga, gedung,sistem,organisasi,anggaran,dll setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya
v  Sertifikasi
Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai Ners yang teregistrasi adalah contoh sertifikasi.
v  Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu intitusi layanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan. 
2)      Pengukuran mutu restrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan ,wawancara,pembuatan kuesioner dan penyelemnggaraan pertemuan.
3)      Pengukuran mutu konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Penukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kandang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien,keluarga,atau petugas kesehatan.







DAFTAR PUSTAKA


*      Brown,L.D. 1992. Quality Assurance cof health care in Developing countries,quality assurance project,center for human service. Bethesda, Maryland.
*      Muninjaya, A.A.G. 2004. manejemen kesehatan. Jakarta ; EGC
*      Pohan, I.S. 2007. jaminan mutu layanan kesehatan; dasar-dasar pengertian dan penerapan. Jakarta EGC.
*      Sulastomo. 2000. manajemen kesehatan. Jakarta; Gramedia
*      Tjiptono . 1997. total quality service. Jogjakarta; Andi Offset.  

ABORTUS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Abortus adalah dikeluarkannya kosepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 100 gr / umur kehamilan kurang dari 28 minggu. Abortus incomplete adalah pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu dengan masih ada sisi yang terganjal didalam uterus. (Manuaba, 1990)
Pada kasus abortus umumnya dan abortus incomplete khususnya memerlukan observasi yang intensiv perawatan dan pengawasan yang baik, supaya tidak terjadi infeksi dan syok akibat dari perdarahan. Perdarahan tidak dapat berhenti sebelum hasil konsepsi secara keseluruhan dikeluarkan yaitu dengan kuretage (Manuaba, 1990)
Kuretage merupakan tindakan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi yang belum keluar untuk mencegah terjadinya perdarahan berkelanjutan dan komplikasi lain seperti (infeksi, kanker, dll) yang dapat membahayakan nyawa ibu. (Sarwono, 2002)
Dari dasar inilah penulis tertarik untuk menulis asuhan kebidanan pada Ny. “M” GIV P3003 Abooo dengan abortus incomplete.
1.2    Tujuan
a.       Tujuan Umum
Setelah melaksanakan pada klien abortus incomplete diharapkan mahasiswa mampu dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan abortus incomplete
b.      Tujuan khusus
-          Mahasiswa dapat mengumpulkan data sampai analisa data
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah potensial
-          Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
-          Mahasiswa dapat melakukan intervensi
-          Mahasiswa dapat melakukan implementasi
-          Mahasiswa dapat melakukan evaluasi
1.3    Metode Penulisan
1.      Anamnese
Tanya jawab secara langsung pada klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan kasus yang dialami untuk memperoleh data langsung dari sumber data
2.      Observasi
Melakukan pemeriksaan pada klein yaitu pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya
3.      Studi documenter
Memperoleh data dari kartu kontrol ibu  
4.      Studi Pustaka
Membaca berbagai buku sumber yang ada untuk menambah pengetahuan dan landasan teori sebagai pertimbangan dalam menentukan diagnosa
1.4    Sistematika Penulisan
BAB I      PENDAHULUAN  
1.1     Latar Belakang
1.2     Tujuan Penulisan
1.3     Metode Penulisan
1.4     Sistematika Penulisan
BAB II    TINJAUAN TEORI
2.1    Konsep Dasar Abortus
2.1.1        Definisi
2.1.2        Penyebab Abortus
2.1.3        Pathofisiologi
2.1.4        Jenis-jenis Abortus
2.1.5        Komplikasi Abortus
2.1.6        Pemeriksaan Penunjang
2.1.7        Penanganan
2.2    Konsep Dasar Abortus Incomplete
2.2.1        Definisi
2.2.2        Etiologi
2.2.3        Pathofisiologi
2.2.4        Gejala dan klinis
2.2.5        Pada Pemeriksaan dijumpai gambaran
2.2.6        Penanganan
2.3    Konsep Manajemen Kebidanan
BAB III   TINJAUAN KASUS
3.1    Pengkajian Data
3.2    Identfikasi diagnosa dan masalah
3.3    Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
3.4    Identifikasi kebutuhan segera
3.5    Intervensi
3.6    Implementasi
3.7    Evaluasi
BAB IV   PENUTUP
4.1    Kesimpulan
4.2    Saran
DAFTAR PUSTAKA
                                     


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Konsep Dasar Abortus
2.1.1        Definisi
·         Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan cara apapun sebelum janin cukup pertumbuhannya untuk hidup.
                                                                                 (Mochtar Rustam,1998)
·         Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20  minggu.
(Sarwono, 1999)
·         Abortus adalah dikeluarkan hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu
(Manuaba, 1998)
2.1.2        Penyebab Abortus (Sarwono, 1998)
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai berikut :
1.      Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
·         Pertumbuhan zygote yang abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Hal penelitian dari 1000 abortus 40 % disebabkan karena ovum yang patologis atau menghilang dan yang 50-60 % abortus spontan terjadi adanya kelainan kromosome pada konsepsinya
·         Faktor lingkungan, endometrim kurang
-          Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi
-          Gizi ibu yang kurang sehingga ibu anemia
·         Pengaruh dari luar
-          Hasil konsepsi terpengaruh dari obat radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu

2.      Faktor plasenta
-          Endartritis pada vili korialis menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu
-          Gangguan perdarahan darah plasenta karena penyakit hipertensi
3.      Penyakit ibu
-          Penyakit infeksi, pneumonia, typus abdominalis, malaria, sipilis, toksin, bakteri virus dan plasmodium dapat masuk kejanin melalui plasenta sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus
-          Kelainan endokrin : kekurangan sekresi hormone progresteron dari torpusluteum dan trofottas karena progresteron mempertahankan desidua sehingga defisiensi relatif secara teoritis mengganggu nutrusi konseptas dan dengan demikian mengakibatkan kematian
§  Malnutrisi yang berat merupakan faktor predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus
§  Keracunan, tembaga, nikotin, alkohol
4.      Kelainan genetalia ibu
-          Konginental anomaly (hipoplasia uteri, uterus, bikarnis)
-          Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksia uteri
-          Tidak sempurnanya persiapan uterus untuk menanti bidasi dari pada ovum yang sudah dibuahi seperti endometritis
-          Uterus yang cepat meregang (kehamilan ganda)
-          Serviks inkompetensi
5.      Trauma fisik
Kecelakaan lalu lintas, jatuh, hubungan seksual, piajt
2.1.3        Pathofisiologi (menurut Sarwono, 1999)
Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 3 minggu hasil itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili karena korialis belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 – 14 minggu vili korialis menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang tidak dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin disusul beberapa waktu kemudian plasenta (seperti proses persalinan). Perdarahan tidak banyak jika plsenta segera terlepas dengan lengkap.

 















2.1.4        Jenis-jenis Abortus
a.       Abortus spontan
1.      Abortus Imminent
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kalangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2.      Abortus Insipien
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil kosepsi masih berada pada kavum uteri
3.      Abortus inkomplet
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar.
4.      Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri
b.      Abortus infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau taksim ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menumlkan septicemia
c.       Retensi janin mati
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil kosepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih
d.      Abortus resiko tinggi
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
2.1.5        Komposisi Abortus (Manuaba, 1998)
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
2.1.6        Pemeriksaan penunjang (Manuaba, 1998)
-          Test kehamilan positif bila janin masih hidup bahkan 2-3 minggu setelah abortus
-          Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
-          Pemeriksaan Hb kadar fibunogen darah pada missed abortus

2.1.7        Penanganan (Sarwono, 199) dan Kapita Selekta, 2000)
Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai segera dilakukan penilaian dari :
-          Keadaan umum pasien
-          Tanda-tanda shock (pusat, berkerigan banyak, tekanan sistolik < 90 mmHg, pingsan, nadi > 112 x / menit
-          Bila shock disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah adanya cairan bebas dalam kavum pelvis, pikiran kehamilan ektopik terganggu
-          Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, secret berbau pervaginam, nyeri perut, dinding perut tegang, dehidrasi, gelisah atau pingsan)
-          Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksanakan pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
2.2    Konsep Dasar Abortus Incomplete
2.2.1        Definisi
o   Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
(Sarwono, 2002, hal. 307)
o   Abortus incompletes adalah sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi biasanya plasenta masih tertinggal didalam uterus.
(Rustam Mochtar, 1998, hlm. 219)
o   Abortus incompletes ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus sehingga sisanya memberikan gejala klinis
(Manuaba, 1998 : 219)

2.2.2        ­Etiologi (Sarwono,1998)
Penyebab abortus incomplete antara lain :
1.      Faktor pertumbuhan hasil kpsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan
Gangguan pertumbuhan hasil konspeis dapat terjadi karena :
a.       Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom termasuk kromosom seks
b.      Faktor lingkungan endometrium
·         Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi
·         Gizi ibu berkurang karena anemi atau terlalu pendek jarak kehamilan
c.       Pengaruh luar
·         Infeksi endometrium, endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
·         Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan konsepsi terganggu
2.      Kelainan pada plasenta
a.       Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
b.      Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran pada DM
c.       Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke plasenta sehingga terjadi abortus
3.      Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta
a.       Penyakit infeksi seperti pnemonio, tifus abdominalis, malaria, sifilis
b.      Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi uterus plasenta
c.       Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes militus
d.      Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri bekas operasi pada serviks
2.2.3        Patofisiologi (Sarwono, 2002)
Patofisiologi terjadi abortus melalui dari terlepasnya sebagian / seluruhnya jaringan plasenta. Yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya / sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim. Terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh / sebagian  hasil konsepsi.
·         Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :
-          Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
-          Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan
-          Akibat perdarahan tidak menumbuhkan gangguan apapun tapi dapat menimbulkan shock, nadi meningkat, tekanan darah menurun dan anemia
·         Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :
-          Bentuk kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta terbentuk sempurna dikeluarkan seluruh / sebagian hasil konsepsi
-          Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehigga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembukaan darah
2.2.4        ­Gejala klinis yang mungkin dapat terjadi
a.       Perdarahan memanjang sampai terjadi keadaan anemia
b.      Perdarahan mendadak banyak terjadi keadaan anemia
c.       Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
(Manuaba, 1948 : 219)
2.2.5        Pada pemeriksaan dijumpai gambaran :
a.       Kanalis servikalis terbuka
b.      Dapat terbuka jaringan dalam rahim / konalis sevkalis
c.       Konalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus 
d.      Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah
(Manuaba, 1948 : 219)
2.2.6        Penanganan
a.       Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien dan TTV
b.      Periksa tanda-tanda syok (pucat, bertingkat, pingsan, nadi > 112 x / menit
c.       Pasang infuse dengan jarumbesar (16,9 / lebih besar) infuse ringen laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertam)
d.      Jika perdarahan tidak seberapa banyak kehamilan ≤ 16 minggu evaluasi dapat dilakukan / dengan cunum avum untuk mengeuakrna hasil konsepsi yang keluar melalui serviks jika perdarahan berhenti, berikan oryemetri 0,2 IM/mesopastat 400 mg peroral
e.       Perdarahan banyak / terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu evakuasi hasil konsepsi dengan :
-       Aspirasi vacuum manual
-       Apabila evakuasi belum dapat dilakukan segera beri orgemetrin O,2 mg/IM
f.       Jarak kehamilan > 16 minggu
-       Berikan infuse oksotosin 20 unit dalam 500 ml cairan CV ringer lakukan 40 tetes
g.      Bersihkan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifudin, 2002: N-13)

2.3    Konsep management asuhan kebidanan pada Ny. “…….” GIV P3003 dengan Abortus Incomplete
2.3.1        Pengkajian Data
Tanggal      : .......................      jam : ………………
Tempat       :........................
No. Reg     :........................
Oleh           :........................
a.       Data Subyektif
1.      Biodata
Nama ibu             :                                   Nama Ayah  : .....................
Umur                   :    usia resproduksi     Umur            :......................
Agama                 :                                   Agama          :......................
Pendidikan          :                                   Pendidikan   :......................
Pekerjaan             :                                   Pekerjaan      .......................
Alamat                :                                   Alamat          :......................

2.      Keluhan Utama
Apa yang dirasakan ibu saat petugas melakukan pegkajian
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan klien selama hamil : ANCnya, keluhan-keluhan yang dirasakan selama hamil
4.      Riwayat penyakit yang lalu
Pasien dengan Riwayat persalinan lalu dengan abortus yang dapat muncul selama kehamilan
5.      Riwayat Keluarga
Biasanya dalam keluarga mempunyai penyakit menurun, menahun, dan menular yang dapat mempengaruhi abortus
6.      Riwayat haid
Menarche            : 12 tahun
Siklus haid          : 28 hari
Lama haid           : 6-7 hari
Banyaknya          : 3-4 softek / hari
Dismenorea         : hari I
Lochea                : rubra
HPHT                  : 15 November 2006
UK                      : 11-12 minggu
TP                        : 22 Agustus 2007
7.      Riwayat Perkawinan
Nikah                                   :
Lama menikah                     :
Umur pertama kali nikah     :
8.      Riwayat KB
Apakah ibu sudah pernah mengikuti KB / belum
9.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ini
·         Kehamilan
Abortus dapat terjadi pada kehamilan trimester I, II ataukah ke III
10.  Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola Nutrisi
Mengurangi makan-makanan yang dapat merangsang ibu mual-mual
b.      Pola eliminasi
Tidak ada gangguan dalam eliminasi
c.       Pola aktivitas
Aktivitas selama nifas terganggu karena ibu setelah kuteare ibu merasa pusing
11.  Pola kebiasaan
Apakah ibu pernah minum jamu/ obat-obatan yang dapat menyebabkan ibu merasa pusing
12.  Keadaan psikososial  
-          Psikologi
Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini
-          Sosial
Tidak ada masalah
b.      Data Obyektif
1.      Pemeriksaan umum
K/U                            :    baik s/d lemah
Kesadaran                  :    composmentis
TD                              :    120/90 mmHg
Nadi                           :    70 – 90 x/menit
RR                              :    16 – 20 x / menit
Suhu                           :    36-37,30 C
2.      Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Muka            : Pucat, ibu nampak cemas
Mata             : konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus
Hidung         : tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut           : tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher            : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
Dada            : tidak ada retraksi dinding dada, putting susu menonjol, areola mamae
Abdomen     : tidak ada bekas operasi
Genetalia      : terdapat lochea rubra, sanguinalenta / alba, perdarahan ± 150 cc
Ekstremitas :   tidak terdapat oedema dan varises
Palpasi
Leher            : tidak ada pembesaran vena jugularis dan elenjar tyroid
Dada            : tidak ada nyeri tekan, tidak keluar colostrum
Abdomen     : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
                       TFU 3 jari atas simpisis, UC baik
Ekstremitas : tidak oedema, tugor baik
Auskultasi    : normal
Perusi           : reflek patella pada kaki (+)
2.3.2        ­Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx       :    Ny. “……” P…….Ab…… UK dengan abortus inomplete
Ds       :    ibu mengatakan hamil ke ……Uk……. mengalami perdarahan yang banyak mulai ……….. dan nyeri tekan pada perut bagian bawah
Do       :    K/U                 :    baik s/d lemah
                Kesadaran       :    composmentis
                TD                   :    120/90 mmHg
                Nadi                :    70 – 90 x/menit
                RR                  :    16 – 20 x / menit
                Suhu                :    36-37,30 C axilla
Pemeriksaan fisik
Genetalia         :    perdarahan dengan jumlah yang banyak
Abdomen        :    terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
Pemeriksaan dalam
VT  : partio terbuka 2 jari longgar dan nyeri goyang
2.3.3        Antisipasi Masalah Potensial
-          Abortus incomplete            -      Anemi
-          Infeksi jalan lahir                -      Syok
2.3.4        Identifikasi Kebutuhan Segera
-


2.3.5        Intervensi
Dx              : Ny. “……” P…….Ab…… UK dengan abortus inomplete
Tujuan        : - tidak sampai terjadi abortus complit
                     - kehamilanya dikeluarkan atau tidak bisa dipertahankan
                     - tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
TTV           : dalam batas normal
TD         : 120/90 mmHg
Suhu      : 36-370 C
Nadi      : 70– 90 x / menit
RR         : 16 – 20 x / menit
UC baik
Tidak ada komplikasi lain

Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/  Ibu dan keluarga lebih kooperatif
2.      Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini 
R/  Kecemasan ibu dapat berkurang
3.      Jelaskan pada ibu penyebab abortus incomplete
R/  Dengan mengetahui penyebabnya ibu dapat berhati-hati dalam menjaga kehamilannya
4.      Jelaskan pada ibu bahwa janinnya tidak bisa dipertahankan
R/  Ibu mau mengerti dan tidak mengharapkan janinnya
5.      Berikan format inform consent
R/  Perlindungan hukum bagian petugas kesehatan dan kputusan ada ditangan pasien
6.      Lakukan observasi TTV
R/  parameter deteksi adanya kelainan
7.      Lakukan pemasangan infuse RL
R/  mencegah terjadinya perdatahan yang semakin banyak
8.      Lakukan cek Hb
R/  dengan cek Hb kita dapat mengetahui kadar Hb ibu
9.      Kolaborasi dengan tim medis
R/  fungsi independent
10.  Persiapan tindakan curettage yaitu puasa 10-12 jam
R/  dengan puasa mencegah terjadinya aspirasi
11.  Persiapan alat-alat curettage
R/  Tindakan curettage dapat berjalan lancar
12.  Jelaskan pada ibu prosedur curettage
R/  ibu lebih kooperatif
Masalah : kecemasa ibu sehubung dengan kondisi
Tujuan : kecemasan ibu dapat berkurang dan merasa tenang
Kriteria hasil : - ibu lebih tenang
                        - wajah ibu tidak tegang
Intervensi
1.      Berikan pada ibu dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
R/  Ibu dapat mengungkapkannya dan merasa tenang
2.      Ajak keluarga untuk memberikan dukungan mental
R/  semangat kepercayaan ibu bankit
3.      Motivas ibu agar mau dilakukan curettage
R/  ibu termotivasi untuk bersedia
4.      beri penjelasan pada ibu seandainya kehamilanna gagal, ibu dapat hamil lagi
R/  ibu tidak cemas
2.3.6        Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi diatas
2.3.7        Evaluasi
Menggunakan metode SOAP

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1    PENGKAJIAN DATA
Tanggal           : 5 Februari 2007             
Jam                  : 12.40 WIB
Tempat            :VK. Bersalin RSUD Sidoarjo
Tgl MRS         : 5 Februari 2007
Oleh                :Alfiana Riska R
a.       Data Subyektif
1.      Biodata
Nama istri      : Ny. “M”                      Nama Ayah    : Tn. “S”
Umur             : 36 tahun                      Umur              :  42 tahun
Agama           : Islam                           Agama            :  Islam
Pendidikan    : SD                              Pendidikan     :  SMP
Pekerjaan       : Pekerja Pabrik             Pekerjaan        :  Tukang Pijat       
Alamat           : Monkupang                Alamat            :  Monkupang

2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil yang ke 4 dengan usia kehamilan 3 bulan dan perutnya terasa sakit pada bagian bawah sejak tanggal 2 Februari 2007 serta mengeluarkan darah yang banyak dari kemaluannya sejak 5 hari yang lalu
3.      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan nyeri tekan pada perut bagian bawah terasa mual, pusing dan mengeluarkan darah banyak sejak 5 hari yang lalu sampai sekarang kemudian langsung dibawah ke RSUD Sidoarjo

4.      Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular menurun dan menahun (DM, hipertensi) dan tidak pernah mengalami keadaan yang seperti sekarang ini.
5.      Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai penyakit seperti hipertensi, jantung, TBC, DM, hepatitis, dan tidak ada yang mempunyai keturunan kembar
6.      Riwayat haid
Menarche                  : 14 tahun
Siklus haid                : 28 hari (teratur)
Lama haid                 : 6-7 hari
Banyaknya                : 3-4 softek / hari
Dismenorea               : -
Lochea                      : rubra
HPHT                        : 15 November 2006
UK                            : 11-12 minggu
TP                              : 22 Agustus 2007
7.      Riwayat Perkawinan
Nikah                                  :    1 x
Lama menikah                    :    14 tahun
Umur pertama kali nikah    :    22 tahun
8.      Riwayat KB
Ibu mengatakan mulai anak I sampai anak II memakai KB suntik 3 bulan dan ibu merasa cocok. Sedangkan anak yang ke 3 memakai pil KB dan ibu tidak tahu kalau dia hamil

9.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ini
No
Kehamilan
Persalinan
Nifas
UK
Penyulit
Jenis Persalinan
L/P
BBL
H/M
Umur
1
41 mgg
-
Pervaginam
L
3000
H
13 Th
Normal
2
40 mgg
-
Pervaginam
L
2500
H
9 th
Normal
3
41 mgg
-
Pervaginam
P
2500
H
20 bln
Normal
4
H
A
M
I
L
I
N
I

10.  Pola kebiasaan sehari-hari
a.        Pola Nutrisi
Sebelum MRS    :    tidak ada gangguan pada pola makan ibu, makan 3x hari lauk pauk, sayur buah dan minum air putih ± 5 – 6 gelas / hari
Selama MRS       :    ibu makan 3x tapi sedikit karena ibu merasa mual, lauk pauk sayur dan buah serta minum air putih
b.       Pola eliminasi
Sebelum MRS    :    BAB 2-3 x / hari BAK : 5 – 6 x / hari
Selama MRS       :    BAB 12 x / hari 7-6 x / hari
c.        Pola aktivitas
Sebelum MRS    :    ibu bekerja di pabrik mulai jam 08.00  - 14.30 WIB
Selama MRS       :    aktivitas ibu tidak banyak ibu hanya berbaring / tidur di rumah sakit
d.       Pola Istirahat
Sebelum MRS    :    ibu tidur siang 1 jam tidur malam 6-7 jam
Selama MRS       :    ibu lebih banyuak tidur (tidur siang ± 2 jam)
e.        Pola kebersihan
Sebelum MRS    :    mandi 2 x sehari, sikat gigi karmas, 2 x sehari  dan ganti ceana dalam setiap sehabis mandi
Selama MRS       :    ibu diska 2 x / hari, pagi dan sore sikat gigi dan ganti pembalut setiap kali merasa penuh

f.        Pola kebiasaan
Ibu mengatakan tidak pernah minum-minum berakohol minum jamu dan tidak pernah merokok
11.  Keadaan psikososial 
-          Psikologi
Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini
-          Sosial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarganya sangat baik dan harmonis
12.  Keadaan spiritual
Ibu menganut agama Islam dan rutin menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim
b.      Data Obyektif
1.      Pemeriksaan umum
K/U                  :    cukup
Kesadaran        :    composmentis
TD                   :    110/70 mmHg
Nadi                 :    84 x/menit (teratur)
RR                   :    20 x / menit (teratur)
Suhu                :    37,20 C (axilla)
2.      Pemeriksaan fisik
a.        Inspeksi
Kepala         : rambut bersih, lurus tidak rontok, tidak ada kelainan
Muka           : Pucat, ekspresi muka ibu nampak cemas
Mata            : simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterus
Hidung        : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
Mulut           : bersih, bibir tidak kering, tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher           : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
Dada            : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, putting susu menonjol, hiperpigmentasi areola mamae
Abdomen     : tidak ada bekas operasi, terdapat strie gravidarum
Genetalia     : tidak ada oedema, tidak ada varises, terdapat bercak darah bersih
Ekstremitas :  tidak oedema, tidak varises
b.       Palpasi
Leher           : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
Dada            : tidak ada nyeri tekan, tidak keluar colostrum
Abdomen     : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
                       TFU 3 jari atas simpisis
Ekstremitas : tidak oedema, tugor kulit baik
c.        Auskultasi
Dada            : tidak ada ronchi dan tidak ada wheezing
Perut            : bising usus (+)
d.       Perkusi
Perut            : tidak ada kembung
Ekstremitas : reflek patella bagus
e.        Pemeriksaan Dalam
Vulva-vagina : fluxus (+), flour (+)
Partio              : terbuka 2 jari longgar dan nyeri goyang



3.2    ­IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx     :  GIV P3003 Abooo UK 11-12 minggu dengan abortus incomplete
Ds     :  ibu mengatakan hamil ke 4 dengan usia kehamilan 3 bulan mengalami perdarahan yang banyak mulai 5 hari dan nyeri tekan pada perut bagian bawah
Do     :  TTV
                TD                   :    110/70 mmHg
                Nadi                :    84 x / menit (teratur)
                RR                  :    20 x / menit (teratur)
                Suhu                :    37,20 C (axilla)
Pemeriksaan fisik
Inpeksi :
Genetalia         :    tampak adanya darah yang banyak dan ibu nampak cemas
Palpasi
Abdomen        :    terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah TFU 3 jari atas simpisis
Pemeriksaan dalam partio terbuka 2 jari longgar dan nyeri goyang
Masalah : kecemasan pada ibu sehubungan dengan kondisinya
Ds       :    Ibu mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini
Do       :    terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
3.3    ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-          Potensial Abortus incomplete         -    Potensial Anemi
-          Potensial Infeksi jalan lahir            -    Potensial Syok

3.4    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-


3.5    INTERVENSI
Dx              : GIV P3003 Abooo UK 11-12 minggu dengan abortus incomplete
Tujuan        : - tidak terjadi abortus complet
                - mencegah terjadinya perdarahan yang  semakin banyak
                - agar tidak terjadi komplikasi lain
Kriteria hasil :
-          Hasil konsepsi dapat dikeluar seluruhnya
-          Ibu tidak semakin cemas dengan kondisinya
-          Ibu tidak sampai anemia dan sampai terjadi syok
-          TTV dalam batas normal:
-          Suhu  : 36°C (axilla)
-          TD     : 120/90 mmHg
-          Nadi  :  88x/menit (teratur)
-          RR    :  20x/menit (teratur)
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/  Ibu dan keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan
2.      Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini  dan tindakan yang akan dilakukan
R/  Kecemasan ibu berkurang
3.      Jelaskan pada ibu penyebab abortus incomplete
R/  Dengan mengetahui penyebabnya ibu dapat berhati-hati dalam menjaga kehamilannya
4.      Jelaskan pada ibu bahwa janinnya tidak bisa dipertahankan
R/  Ibu mengerti dengan keadaan janinnya dan tidak mengharapkan janinnya
5.      Berikan format inform consent untuk persiapan curitage 
R/  Perlindungan hukum bagian petugas kesehatan dan kputusan ada ditangan pasien
6.      Lakukan observasi TTV dan keadaan umum
R/  sebagai parameter deteksi adanya kelainan
7.      Lakukan pemasangan infuse RL
R/  Dengan pemasangan infus diharapkan perdarahan segera berhenti
8.      Lakukan cek Hb
R/  Dengan cek Hb kita dapat mengetahui kadar Hb ibu berkurang / tidak
9.      Kolaborasi dengan tim medis
R/  Fungsi independent
10.  Persiapan tindakan curettage yaitu puasa 10-12 jam
R/  Dengan puasa untuk mencegah terjadinya aspirasi
11.  Persiapan alat-alat curettage
R/  Tindakan curettage dapat lebih mudah
12.  Jelaskan pada ibu prosedur curettage
R/  Klien mengerti prosedur yang akan dilakukan terhadap ibu dan lebih kooperatif
Masalah        : Kecemasan ibu sehubungan dengan kondisinya
Tujuan          : Kecemasan ibu dapat berkurang dan merasa tenang
Kriteria hasil : - ibu merasa tenang
                        - wajah ibu tidak tegang
Intervensi
1.      Berikan pada ibu dan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
R/  Ibu dapat mengungkapkannya yang di pendam dan ibu merasa tenang
2.      Ajak keluarga untuk memberikan dukungan mental
R/  Rasa percaya diri ibu tumbuh sehingga lebih kooperatif dalam tindakannya
3.      Motivas ibu agar mau dilakukan curettage
R/  ibu termotivasi untuk bersedia  dilakukan curitage
4.      Beri penjelasan pada ibu seandainya kehamilannya gagal, ibu dapat hamil lagi
R/ Rasa cemas ibu menjadi berkurang dan memberikan harapan pada ibu bahwa ibu dapat hamil lagi

3.6    IMPLEMENTASI
Dx     :    GIV P3003 Abooo UK 11-12 minggu dengan abortus incomplete
Jam 12.40     1.  Melakukan pendekatan pada ibu dengan melakukan pengkajian dan menjelaskan bahwa kehamilannya tidak dapat dipertahankan sehingga harus dikeluarkan
Jam 12.45     2.  Menjelaskan pada ibu penyebab dari keluarnya darah dan kemaluannya disebabkan karena ada sisa jaringan dalam keadaannya
Jam 12.50     3. Menjelaskan pada ibu bahwa janinnya tidak dapat dipertahankan. Karena telah sebagian ada sisa jaringan didalam kandungan
Jam 12.55     4.  Menjelaskan pada ibu tentang penyebab keguguran yaitu karena kondisi rahim yang tidak optimal yang berhubungan dengan persiapan rahim dalam menghadap proses penempelan dan penyediaan makanan janin sehingga nutrisi yang dibutukan oleh janin berkurang trauma fisik dan jiwa, misal ibu terlalu capek dan stress atau pada saat bersenggama mencapai orgasme sehingga dinding rahim berkontraksi
Jam 13.00     5.  memberikan format consent pada keluarganya sebagai bukti persetujuan atas tindakan curettage yang akan dilakukan
Jam 13.05     6.  Melakukan observasi TTV
                          KU                  : cukup
                          Kesadaran       : 110/70 mmHg
                          Nadi                : 84 x / menit (teratur)
                          Suhu                : 37,20 C (Axilla)
                          RR                  : 21 x / menit (teratur)
Jam 13.10     7.  Melakukan pemasangan infuse RL dengan 40 tetes dalam 2 jam pertama untuk mencegah terjadinya pendarahan yang hebat
Jam 13.15     8.  Melakukan cek Hb dengan menggunakan Sahli hasilnya= 8 gr %
Jam 13.20     9.  Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan curettage. Curettage dilakukan jam 15.00
Jam 13.25     10 Menganjurkan ibu untuk tidak makan dan minum sampai tindakan curettage
Jam 13.30     11 Mempersiapkan alat-alat untuk curettage yaitu :
-          1 cuncim tanpon               -      1 penata kavum uteri
-          1 tenakolum                      -      2 spekulum sim’s atau L
-          2 klem ovum                     -      1 kateter kuret
-          set sendok kuret               -      perlak
-          betadine                            -      handscone 2 pasang
-          deppres                             -      injeksi piton 2 ampul
Jam 13.35     12 Menjelaskan pada ibu tentang prosedur curettage
-          Mengeluarkan sisa jaringan yang tertinggal dalam rahim sehingga tidak terjadi perdarahan
-          Membersihkan lapisan dalam rahim sisa jaringan yang tinggal
-          Membantu menegakkan diagnosa
3.7    EVALUASI
Tanggal    : 6 Februari 2007         jam : 07.30 WIB
Dx     :    GIV P3003 Abooo UK 11-12 minggu dengan abortus incomplete
S       :    - Ibu merasa tenang dengan keadaannya setelah diberikan penjelasan
              -  ibu mengatakan sudah dilakukan curettage
O       :    Keadaan umum      : baik
              Kesadaran              : composmentis
              TD                          : 110/70 mmHg
              Nadi                       : 86 x / menit (teratur)
              Suhu                       : 36,90 C (Axilla)
              RR                         : 21 x / menit (teratur)
Telah dilakukan curettage tanggal 5 Februari 2007 jam 19.00 oleh dr. Santi 
A       :    GIV P3003 Aboo post kuret hari I (abortus incomplete)
P       : Lanjutkan Intervensi:
              - Melakukan observasi TTV dan keadaan umum
              - Lanjutkan pemberian terapi obat
              - Observasi perdarahan
              - Observasi kesadaran ibu
              - Personal hygiene


BAB IV
PEMBAHASAN


Pembahasan merupakan analisis dari penulis mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus. Dimana setelah dianalisis ada kasus Ny. “M” GIV P3003 dengan abortus incomplete, penulis tidak menemukan kesenjangan-kesenjangan tersebut. Dalam kasus ini hampir semua memiliki kesamaan dengan teori. Dari keluhan sampai dengan penatalaksanaannya.Penanganannyapun dalam teori maupun dalam kasus harus segera dilakukan curetage,karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang paling tepat untuk masalah kasus abortus.



BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
a.       Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa Ny. “M” GIV P3003 Ab100 dengan abortus incomplete telah dilakukan curettage
b.      Masalah yang muncul yaitu cemas yang sehubungan dengan masalah kehamilannya yang menyebabkan kegelisahan dan ketidaktenagaan
c.       Untuk mengatasi masalah kehamilan dengan komplikasi abortus incomplete ini hanya memerlukan pengobatan dan pengawasan yang intensif

Saran
Hendaknya dalam asuhan kebidanan pada ibu pada abortus incomplete dikumpulkan data yang lengkap dan valid agar kita sebagai parameter dapat memberikan asuhan yang optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam melakukan / mengidentifikasi / mendiagnosa / masalah sehigga kita dapat memahami kebutuhan segera dan mendapat penanganan yang secepatnya.